Pendahuluan
Pendidikan nasional memiliki tiga dimensi tujuan; (a) pengembangan kepribadian peserta didik, (b) pembinaan peserta didik agar menjadi warga masyarakat dan negara yang baik, (c) penyiapan peserta didik untuk memiliki kecerdasan, kemampuan dan ketrampilan yang fungsional bagi kehidupan pribadi, keluarga dan masyarakatnya. Dua dimensi tujuan yang disebut pertama merupakan tujuan instrinsik dari pendidikan, sedangkan tujuan yang disebut terakhir menunjuk pada dimensi tujuan instrumental, yaitu pendidikan sebagai wahana atau instrumen bagi perbaikan taraf hidup dan peningkatan pembangunan.
Perkembangan ilmu ekonomi yang begitu pesat dan mengalami update setiap saat masih dirasa belum memadai untuk merespon permasalahan ekonomi yang semakin komplek. Ilmu ekonomi yang bersifat positivistik dapat menganalisa secara cerdas setiap problematika ekonomi. Kemajuan dunia akademis ilmu ekonomi mampu malahirkan para pengamat jitu masalah ekonomi. Tetapi belum mampu membentuk para pelaku ekonomi yang handal yang secara makro dapat menciptakan kesejahteraan. Ini terbukti dengan semakin banyaknya ahli ekonomi, kesejahteran belum dapat dirasakan mayoritas penduduk dunia.
Profil ini menyajikan gambaran umum Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam (FEBI) Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Walisongo sebagai bagian dari dunia perguruan tinggi yang mengemban amanat mencerdaskan kehidupan bangsa di bidang ilmu ekonomi dan bisnis Islam. Profil ini dapat menjadi informasi awal sekaligus bahan kajian untuk koreksi konstruktif dari pihak-pihak terkait bagi pengembangan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam IAIN Walisongo Semarang.
Latar Belakang Terbentuknya FEBIn IAIN Walisongo
Problematika perekonomian rakyat semisal kemiskinan, pengangguran dan kesenjangan ekonomi yang melebar tak kunjung teratasi. Beberapa tawaran konsep baik teoritis maupun praktis dalam teoriekonomi konvensional yang didominasi paham neoklasikal banyak bermunculan dalam kajian ekonomi. Namun seolah tidak mau kalah, problematika perekonomian semakin rumit dan terus melaju seiring dengan maraknya kajian tersebut. Kondisi demikian menimbulkan semacam keputusasaan terhadap teori ekonomi konvensional yang kapitalistis dengan munculnya pernyataan bahwa teori ekonomi telah mati. Murasa Sarkaniputra memperkuat statemen ini dengan mengungkap berbagai tulisan ahli ekonomi sejak awal 1940-an dimulai oleh Joseph Schumpeter dengan bukunya Capitalism, Socialism and Democracy, disusul generasi berikutnya seperti Daniel Bell dan Irving Kristol dalam The Crisis in Economic Theory, Mahbub Ul Haq dalamthe Poverty Curtain: Choice for the Third World,Michael P Todaro dalamEconomic Development in the Third World, Umar Vadillo dalamThe Ends of Economics: an Islamic Critique of Economicsdan yang lainnya menyebutkan bahwa teori ekonomi telah masuk dalam saat krisis. Pada umumnya harapan akan teori baru ditumpukan pada wacana sistem ekonomi dengan teori baru, dalam hal ini adalah khazanah ekonomi Islam.
Institut Agama Islam Negeri Walisongo Semarang memiliki kewajiban moral didaktif untuk menawarkan sistem ekonomi syari’ah (Islam) sebagai pilar ekonomi Indonesia Baru menggantikan sistem ekonomi konvensional yang telah gagal membangun perekonomian Indonesia. Kewajiban untuk menawarkan sistem Ekonomi dan Bisnis Islam yang tidak hanya sebatas pada konsepsi akan tetapi lebih dari itu hingga pada implementasi mengupayakan ketersediaan sumber daya manusia yang mampu menerjemahkan syari’ah kedalam relung – relung perniagaan sistem ekonomi masyarakat.
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam (FEBI) Institut Agama Islam Negeri Walisongo Semarang berdiri pada tanggal 13 Desember 2013, diresmikan oleh Menteri Agama Republik Indonesia, Dr. Suryadharma Ali.
Berdirinya Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam (FEBI) Institut Agama Islam Negeri Walisongo Semarang dilatarbelakangi beberapa pertimbangan sebagai berikut:
  1. Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam adalah jalur pendidikan yang aplikatif dan sangat strategis untuk memenuhi kebutuhan bidang ekonomi khususnya sektor perbankan Nasioanl serta memenuhi tantangan perkembangan dan pengembangan ilmu pengetahuan dan masyarakat modern saat ini dan akan datang.
  2. Banyaknya bank-bank konvensional yang membuka layanan syariah, disamping tentu telah banyaknya lahir bank-bank syariah baru. Saat ini tercatat beberapa bank umum yang telah membuka pelayanan syari’ah yakni Bank IFI, Bank Syari’ah Danamon, BRI Syari’ah, BCA Syari’ah, dan lain-lain. Dan tentunya semakin semaraknya masyarakat mendirikan Bank Perkreditan Syari’ah (BPRS) dan Baitul Maal Wa Tamwil (BMT) menjadi bukti bahwa sistem perbankan syari’ah mulai diterima dan bahkan akan menjadi sistem perbankan alternatif. Hal itu menunjukkan bahwa akan terus banyak dibutuhkan dan diperlukan tenaga-tenaga profesional perbankan syari’ah pada saat ini maupun akan datang.
  3. Banyaknya lulusan Madrasah Aliyah maupun SMU yang lebih memilih kuliah ke perguruan tinggi umum hanya dikarenakan program studi perguruan tinggi umum terlihat lebih prospektif, lebih marketable dan menjanjikan bidang lapangan kerja yang lebih luas. Padahal baik lulusan MA ataupun SMU merupakan basic-source calon mahasiswa. Oleh karenanya diperlukan terobosan pembukaan program studi baru di lingkungan Institut Agama Islam Negeri Walisongo Semarang yang lebih aplikatif dan ditunjang dengan jaringan pengelolaan dan pemagangan yang profesional.
  4. Keberadaan tenaga ahli ekonomi dan perbankan Syari’ah semakin diperlukan. Hal tersebut terlihat dari semakin banyaknya bank-bank umum konvensional yang membuka pelayanan syari’ah.
  5. IAIN Walisongo terletak di wilayah sentra ekonomi dan kawasan industri yang banyak dikelilingi berbagai jenis industri, unit usaha serta berbagai lembaga keuangan. Wilayah ini sangat kondusif bagi kegiatan akademis Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam. Didirikannya Fakultas Ekonomi dan Bisnis IslamIAIN Walisongo menjadi semacam simbiosis mutualisme antara dunia pendidikan dengan dunia usaha.
Sedangkan Peran pokok Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam Institut Agama Islam Negeri Walisongo Semarang  yang lain terkait dengan pembangunan perekonomian nasional antara lain yaitu:
Pertama, luasnya sektor lapangan kerja lulusan di sektor Ekonomi dan Bisnis Islam yang sedang tumbuh secara dinamis dari tahun ke tahun.
Kedua, Fakultas ini secara aktif memberikan masukan kepada penyusun regulasi keuangan syariah terutama tentang perlunya muatan etika dan kaidah-kaidah keislaman.
Ketiga, keberadaan fakultas ini dapat berkontribusi dalam memenuhi kebutuhan tenaga kerja di dunia keuangan syariah yang berkarakter dan berbudi tinggi dengan mempertahankan ruh keislaman dan keilmuwan yang memadai. Lulusan fakultas ini mampu menjawab permasalahan di lapangan secara konkret karena memiliki dasar keislaman yang kental sehingga menjadi pembeda utama dibanding kompetitor lainnya. Karakter keislaman tidak hanya dimunculkan pada konten keislaman pada mata kuliah yang diajarkan tetapi didukung dengan mata kuliah keislaman secara khusus. Hal ini dipertegas dengan mata kuliah aplikatif yakni menunjukkan dan mengembangkan keilmuwan manajerial dengan ditopang seutuhnya nilai-nilai keislaman di kondisi riil di masyarakat.



Visi
Terdepan dalam pengembangan Ilmu Ekonomi dan Bisnis Islam berbasis Kesatuan Ilmu (Unity of Science) untuk Kemanusian dan Peradaban pada Tahun 2038.
Misi
  1. Menyelenggarakan pendidikan ilmu ekonomi dan bisnis Islam yang responsif terhadap kebutuhan masyarakat.
  2. Menyelenggarakan penelitian dan pengembangan ilmu ekonomi dan bisnis Islam teoritik dan aplikatif yang mampu menjawab problematika perekonomian masyarakat.
  3. Menyelenggarakan rekayasa sosial dan pengabdian masyarakat bidang ekonomi dan bisnis Islam.
  4. Menggali, mengembangkan dan menerapkan nilai-nilai kearifan lokal bidang ekonomi dan bisnis Islam.
  5. Menyelenggarakan kerja sama dengan berbagai lembaga dalam skala regional, nasional dan internasional di bidang pendidikan, penelitian, pengabdian masyarakat dan pengembangan sumber daya.
  6. Menyelenggarakan tata pengelolaan kelembagaan profesional berstandar internasional.
Tujuan
  1. Melahirkan lulusan yang memiliki kapasitas akademik dan profesional bidang ekonomi dan bisnis Islam dengan keluhuran budi yang mampu menerapkan dan mengembangkan kesatuan ilmu pengetahuan.
  2. Mengembangkan riset dan pengabdian kepada masyarakat bidang ekonomi dan bisnis Islam yang kontributif bagi peningkatan kualitas kehidupan masyarakat dalam beragama, berbangsa dan bernegara.



Justisia-Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam (FEBI), IAIN Walisongo Semarang menyelenggarakan workshop kepemimpinan dan keorganisasian. Acara dimulai pukul 09.00 Wib,  dan berakhir pukul 17.00 Wib, di Hotel Muria, Semarang. (01/6/2014).
Selain workshop, sekaligus juga dalam rangka pelantikan Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) baru yang telah dibentuk sesuai dengan Surat Keputusan (SK) tanggal 30 April lalu.
“Keputusan pembentukan UKM baru ini berdasarkan SK Rektor IAIN Walisongo No: 08 Tahun 2010 tentang pedoman organisasi kemahasiswaan IAIN Walisongo dan SK Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam No: 848, 849, 851, 852, 853 tahun 2010,” jelas Muh. Kharis, Kasubag Akademik ketika membacakan SK pembentukan UKM baru.
Setelah pembacaan SK UKM baru oleh Kasubag Akademik, dilanjutkan prosesi pelantikan yang dipimpin Dekan FEBI, Imam Yahya kepada masing-masing ketua UKM yang telah terpilih.
Adapun UKM yang telah resmi dilantik meliputi; UKM Komunitas Bisnis (KOBI) yang diketuai oleh Sulistyawati (EI/6), UKM Ekonomi dan Bisnis Sport (EBI Sport) yang diketuai oleh Irfak Maulana (EI/6), Lembaga Seni dan Budaya (LSB) “koin” yang diketuai oleh Rahmad Afandy (EI/6), Jami ‘iyyatul Qurra’ wal Huffadz (JQH) “El-Febi’s” yang diketuai oleh Mahmud (EI/4), dan Lembaga Penerbitan Mahasiswa (LPM) “Invest” yang diketuai oleh Wida Ismaifa (EI/6). dan Forshei yang diketuai oleh Asep Saifullah (EI/4).
“Pelantikan ini diikuti oleh lebih dari 100 pengurus,” tandas Imam.
“Pelantikan kali ini sangatlah istimewa dan cukup representative, tempatnya pun beda dari yang lain, tidak hanya sekedar di ruang sidang FEBI,” tambah Imam dalam sambutannya.
Acara pelantikan diadakan di Hotel dikarenakan untuk menggugah semangat para pengurus baru.  
“Supaya para pengurus labih semangat dalam mengemban tugasnya ke depannya nanti, karena jika semangat yang membara di awal, untuk ke depannya pasti akan lebih semangat  dalam menjalankan kepengurusannya apalagi tadi masing-masing ketua UKM baru telah membacakan visi dan misinya di awal,” jelas Sujiantoko, Staf bagian akademik FEBI ketika diwawancarai reporter Justisia.
“Semoga diacara selanjutnya nanti FEBI bisa mengadakan acara dari hotel satu ke hotel lainnya,”harap Sujiantoko.
Setelah diadakannya pelantikan selanjutnya ada pengarahan mengenai manajemen organisasi kemahasiswaan oleh Khairul Anwar, wakil dekan tiga FEBI. Dilanjutkan perumusan dan pembacaan visi misi dan tujuan lembaga organisasi kemahasiswaan oleh masing-masing ketua pengurus, baik dari ketua Himpunan Mahasiswa Jurusan (HMJ) Ekonomi Islam (EI), D3 Perbankan Syariah, Badan Pelaksana Kegiatan Mahasiswa (BPKM), serta dari masing-masing ketua UKM baru yang telah terpilih. Setelah istirahat, siangnya dilanjutkan materi workshop oleh Bambang Nugroho.
Dari peserta pelantikan-pun tampak bersemangat setelah pelantikan. Hal ini ditunjukkan salah satu perwakilan UKM baru tersebut.
“Menakjubkan, dan saya siap menjalankan tugas, jadikan diri kita sendiri untuk memperdayakan sekitar dan ajaklah orang lain,”  tutur Sulis sebagai ketua UKM KOBI ketika ditanya pesan dan kesan oleh reporter Justisia di akhir acara.  (Pipit/[J]).




Tulisan ini aku kutip dari bapak Fadholan yang mengampu mata kuliah bahasa arab. Dari sekian banyak manusia di muka bumi ini, tak dapat dipungkiri lagi semuanya pasti punya mimpi. Selalu terbayang di benak kita, yang mungkin tak lagi bisa kita tuliskan “will be…” yang berisi mimpi-mimpi kita. Namun itu semua tak akan bisa menjadi sebuah kenyataan jika kita tak berpikir, “How to get it”, tentang langkah-langkah yang harus kalian lakukan untuk mencapainya dan apa yang harus dipelajari untuk bisa menuju ke sana. Jadikan mimpi itu menjadi kenyataan.
Untuk itu manfaatkan waktumu, berpikirlah bagaimana kita bisa menjadi orang yang bisa mencapai pada titik disiplin waktu. Orang yang mudah mengantuk survei membuktikan mayoritas mereka pasti miskin. Miskin disini jangan diartikan hanya miskin harta, namun miskin dalam segala hal diantaranya; miskin ilmu, miskin hati, bahkan miskin kepercayaan. Hal ini berbanding terbalik dengan orang yang kaya. Kebanyakan dari mereka lebih mempunyai rasa optimisme yang tinggi, selalu ada lompatan untuk melompat ke depan. Contohnya saja, ketika terbit suatu buku bacaan, besoknya lagi telah ada buku yang baru terbit lagi, anak kecil tumbuh menjadi dewasa.
            Karena lompatan-lompatan inilah jangan sampai kita menjadi golongan orang yang tertinggal. Contohnya saja ketika ada orang yang meskipun sudah rajin membaca buku bahkan terus-menerus belajar, namun tetap tidak bisa mengejar ketertinggalan, biasanya orang yang pesimis lebih memilih tidur. Inilah contoh realya orang yang miskin kepercayaan, tidak mempunyai rasa optimism akan kemampuannya. Hidupnya selalu dibayangi oleh kepesimisan.
            Menurut filosofi ilmu, kalau kita tidak mengejar dan melompat maka kita akan ketinggalan sementara dunia akan tetap dan terus berjalan. Di sisi lain jangan pernah beranggapan ingin tenar/terkenal karena aktivis, carilah sesuatu yang lebih bermanfaat bila ada suatu kegiatan yang bertabrakan.
            Sebenarnya etikalah yang mencerminkan diri kita, karena etika lebih dari segalanya dibandingkan dengan kepandaian, bahkan kecerdasan kita. Jadikanlah ilmu-ilmu yang kita dapatkan itu menjadi sebuah hikmah dan bermanfaat. Karena hanya kitalah yang mampu merubah nasib kita, nasib baik atau buruknya bukan tiba-tiba muncul tapi berikhtiar dan berdo’a.
            Tenanglah, kau tak sendiri! Masing-masing sedang berjuang di muka bumi ini. Berjuanglah! Dan kau akan mendapatkan kehidupanmu yang begitu indah dengan bimbingan Ilahi. Berjuanglah tanpa henti untuk mencari makna kehidupan dan bermimpilah karena mimpi itulah yang akan mengantakan kita pada kesuksesan yang hakiki.(pipit/just)


Kampus-Kondisi kurangnya lahan parkir di IAIN Walisongo Semarang sangatlah memprihatinkan. Akibat membeludaknya volume kendaraan setiap tahunnya yang tidak sebanding dengan lahan pakir yang telah disediakan. Hal tersebut membuat mahasiswa memarkirkan sepeda motornya di sepanjang jalan. Bahkan kebanyakan dari mereka mencari celah lahan untuk memarkirkan sepeda motornya.
Selain kurangnya lahan parkir, yang masih menjadi kendala yaitu kurangnya  kesadaran berparkir dari masing-masing individu. Hal ini masih menjadi masalah yang sampai sekarang belum terselesaikan di wilayah kampus IAIN Walisongo Semarang, terutama bagi pengendara sepeda motor. Kurangnya kesadaran berparkir tidak hanya terdapat pada satu titik, tetapi menyebar sepanjang area kampus IAIN Walisongo Semarang, khususnya di Fakultas Syari’ah.
 Menurut penuturan Agus Sugiono (21/12), selaku pegawai administrasi kantor fakultas, bahwa tingkat keamanan parkir di wilayah Fakultas Syari’ah masih sangat  rawan.  Hal ini dikarenakan banyak kendaraan keluar masuk kampus 3 dan tidak adanya pemeriksaan terkait kepemilikan Surat Tanda Nomor Kendaraan (STNK).
            Banyak sekali kasus-kasus yang diakibatkan dari parkir sembarangan dan keteledoran dari mahasiswa, “pernah ada suatu kasus kunci motor dari mahasiswa ketinggalan, dari pihak pegawai langsung membawa kunci dan sepeda motornya di kantor satpam agar mahasiswa jera dan lebih berhati-hati, hal ini membuat pemilik motor kebingungan.” cerita Agus. ”Bahkan ketika di kampus ada ujian, wisuda, sentral parkir tidak ada, lahannya masih kurang,” tambahnya.
            Menurut  Agus, ketika ditanya mengenai jalan keluar dari permasalahan ini, menurutnya perlu diadakan sentralisasi parkir. Sistem sentralisasi parkir yaitu memusatkan parkir pada satu tempat, ketika mahasiswa hendak menuju dari gedung satu ke gedung yang lain tidak boleh membawa kendaraan dan diwajibkan berjalan kaki. Sentralisasi parkir perlu diterapkan, kecuali pejabat-pejabat tertentu. Selain itu, petugas parkir harus turun tangan. Untuk meminimalisir kehilangan motor setiap satpam harus keliling di setiap area parkir. Karena jika tidak keamanan akan sulit untuk diciptakan. Hal ini juga agar kendaraan tertata rapi dan apik.
            Sampai saat ini, pihak kampus telah berupaya untuk meminimalisir permasalahan tentang parkir. Di depan kantor Fakultas Syari’ah telah dibangun parkir khusus untuk dosen. Namun upaya ini belum bisa meminimalisir kepadatan parkir.
Ketika rapat para dosen, area parkir masih belum mencukupi berdasarkan banyaknya jumlah dosen yang sebagian dari mereka membawa mobil pribadi kurang sesuai dengan lahan parkir yang telah disediakan. Letak pembuatan parkir di depan kantor fakultas ini bertentangan dengan PKM Binora karena menempati wilayah lapangan binora yaitu lapangan voli.
            Menurut penuturan Agus, pada masa kepala sub bagian (kasubag) yang dipimpin oleh Bpk Munif ada suatu kebijakan yang sedikit bisa meminimalisir tingkat pelanggaran dalam berparkir. Kebijakan itu yaitu, jika ada mahasiswa yang melanggar tata tertib parkir, motor digembok oleh petugas, dan motor tersebut diberi tulisan kalau si pemilik motor telah melanggar tata tertib parkir. Sehingga dengan sendirinya mahasiswa tersebut malu dan jera. Selain itu, setiap pagi ada yang mengontrol  dari setiap sudut tempat parkir.
            Ketika kita masuk kampus melewati pintu gerbang terpapang tulisan “ Motor yang tidak ber STNK, dilarang masuk”. Menurut penuturan Agus bahwa tulisan tersebut tidak sesuai dengan kenyataannya. Karena tidak ada pemeriksaan dari petugas keamanan, bahkan kalau sempat saja baru dikontrol.
            Minimnya Sumber Daya Manusia (SDM) mengenai petugas keamanan yang ada di IAIN Walisongo Semarang menjadi faktor kurang ketatnya pemeriksaan bagi mahasiswa yang membawa kendaraan.
            Menurut salah satu mahasiswa Tarbiyah Almimilkhusnayaimi mengatakan, “ tempat parkir di Fakultas Tarbiyah lebih terlihat rapi dan teratur dibandingkan di Fakultas Syari’ah. Di Tarbiyah sudah ada tempat parkir yang lebih terkonsep untuk mahasiswa sendiri, dosen sendiri meskipun luas tanahnya lebih sempit dibandingkan di syari’ah”.
            “Lahan kurang dimanfaatkan untuk tempat parkir, mengenai mengurangi parkir sembarangan sebenarnya harus ada kesadaran dari masing-masing individu. Selain itu, dosen dituntut harus berperan aktif dengan cara memberi contoh pada mahasiswa untuk tidak memarkirkan kendaraannya sembarangan,” harap teman Mimil, Titik Inayah ketika ditemui di taman Fakultas dakwah.
            Menurut Mahfudz selaku mahasiswa Ekonomi Islam Fakultas Syari’ah IAIN Walisongo Semarang menjelaskan bahwa lahan parkir sering dikeluhkan oleh pihak mahasiswa. “ Para mahasiswa kesulitan mencari tempat parkir, sehingga membuat mereka memarkirkan kendaraan mereka sembarangan,” tukasnya.
            ”Setiap gedung harus ada tempat parkirnya, meskipun hanya dipinggir jalan yang penting harus rapi karena kerapian mencerminkan kepribadian dari masing-masing individu. Selain itu dari pihak BEM turun tangan untuk mengingatkan, menasihati, dan merapikan tempat parkir,” tutur Mahfudz penuh harap. “Kejadian seperti ini sudah terjadi dari dulu, apalagi ditambah mahasiswa semakin bertambah setiap tahunnya,” imbuhnya.

Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam (FEBI),) Walisogo Semarang mempersembahkan seminar Nasional dan expo Entrepreneur Muda (Selasa/30/09). Seminar ini bertemakan “strategi menjadi entrepreneur muda menghadapi masyarakat ekonomi Asean (MEA)”.
Seminar ini mengundang pembicara para entrepreneur muda, yaitu Hamzah Izzulhaq (21), seorang direktur CV Hamasa Jakarta dan Wulan (24) Pemilik Miulan Hijab Collection Semarang. Selain itu, juga datang wakil dekan tiga FEBI, Wahab Zaenuri yang memberikan materi tentang peluang dan tantangan UKM menghadapi MEA 2015.
Seminar yang diadakan di aula dua kampus tiga ini diadakan bertujuan untuk menginspiraskan mahasiswa FEBI untuk mempunyai ide-ide cemerlang untuk berbisnis.
 “Acara ini dilakukan agar seluruh mahasiswa FEBI mempunyai gereget atau jiwa semangat entrepreneur yang lebih mandiri,”tambah Fauzi dalam sambutannya.
Tutur Imam Yahya sebagai dekan FEBI. setelah lulus kuliah tidak harus mencari pekerjaan; yang nantinya mahasiswa tidak hanya dituntut menjadi pegawai, namun juga memiliki pegawai dan lebih bergerak hatinya untuk memberdayakan manusia, kemudian bersemangat untuk menjadi entrepreneur,”
 “Bisnis, peluang ibarat kita menunggu kereta, bila kereta lewat terserah kita mau naik pada kereta pertama atau kereta selanjutnya yang kita tidak tahu kapan datangnya. Begitu juga dalam berbisnis, kita harus cepat bergerak sejak dini, masa muda tak akan bisa kembali lagi,” pesan Hamzah di akhir acara. pipit